Page 11 - Temporal Flux
P. 11

Gelar Soemantri

               Munculnya tren digitalisasi arsip bertepatan dengan pertumbuhan te-
        knologi komputer dan digital. Pada awal 1960-an, penggunaan komputer main-
        frame menandai langkah awal dalam proses data administratif, meskipun belum
        melibatkan arsip secara langsung. Pada 1970-an, mikrofilm digunakan sebagai
        teknologi transisi sebelum digitalisasi penuh, memungkinkan penyimpanan ar-
        sip dalam format yang lebih kecil dan tahan lama. Kemajuan teknologi pada
        1980-an, seperti scanner dan perangkat lunak pengolah gambar, mempermu-
        dah proses digitalisasi arsip, mengubah dokumen fisik menjadi format digital.
        Memasuki 1990-an, teknologi OCR (Optical Character Recognition) memun-
        gkinkan konversi teks yang dipindai menjadi format yang dapat dicari, mening-
        katkan kegunaan arsip digital. Pada 2000-an, digitalisasi massal dan proyek
        seperti Internet Archive memperluas upaya pengarsipan digital, memungkinkan
        akses global. Teknologi cloud dan metadata yang berkembang pada 2010-an
        lebih lanjut memperkuat digitalisasi dengan meningkatkan penyimpanan dan
        pengorganisasian arsip digital, serta aksesibilitas.
        Touch me, I wanna be you
               Pergerakan  teknologi  menuntut  segala  sesuatu  pekerjaan  manusia
        yang dalam kesehariannya masih menggunakan cara manual berubah men-
        jadi digital. Pergerakan ini dirasakan secara pribadi saat menerapkan penggu-
        naan menu digital yang bisa diakses melalui teknologi layar sentuh atau touch
        screen, khususnya di restoran cepat saji. Ternyata, menu touch screen ini tidak
        hanya berfungsi untuk mempermudah pembeli melakukan pemesanan, tetapi
        juga mengubah bentuk komunikasi terkait produk dengan konsumen, salah sa-
        tunya mensugesti konsumen untuk mencoba menu baru dan memesannya.
               Pengalaman ini memantik kami bereksperimen dalam mempresenta-
        sikan hasil riset Krisna Murti melalui pendekatan psikologis yang dinarasikan
        kedalam tes kepribadian. Menurut Schiffman (2007:224) faktor psikologis mer-
        upakan cara yang digunakan untuk mengenali perasaan manusia, mengum-
        pulkan dan menganalisis informasi, merumuskan pikiran dan pendapat dalam
        mengambil tindakan. Kami akan menyajikan jejak Krisna Murti melalui fenome-
        na teknologi dalam bentuk layar sentuh. Melalui pendekatan personal, pengun-
        jung akan diajak menjelajahi pengkaryaan Krisna Murti melalui semesta digital.
               Bentuk dan bahasa “personal” menjadi salah satu pendekatan pribadi
        yang populer saat ini karena dapat merespon generasi yang memiliki kedeka-
        tan  dengan  digital  (internet).  Sehingga  sosok  Krisna  Murti  sebagai  seniman
        media baru dapat dikenal oleh generasi kini, selain sosok Kris(h)na Murti si
        perwira tinggi Kepolisian RI yang populer di algoritma mesin pencari google itu.
        “Tak kenal maka tak sayang” menjadi ungkapan penting ketika ingin mengenal-
        kan sosok “Sang Maestro Seni Media Baru” ini kepada generasi era digital saat
        ini. Semesta digital di internet telah menjadi ‘sumber primer’ arsip bagi mas-
        yarakat. Primer di sini bukan dilihat dari otentisitas dan kebenaran obyektifnya,


                                          11
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16