Page 27 - Temporal Flux
P. 27
Biografi
Krisna Murti lahir pada 19 April 1957 di Kupang, Nusa Tenggara Timur
dan meninggal pada 29 Juni 2023 di Jakarta. Ia dikenal sebagai pelopor
seniman multimedia di Indonesia. Krisna Murti mendapat pendidikan
seni di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Rupa Bandung (1976-
1981). Ia pernah mengikuti residensi dan workshop, antara lain: residensi “Art
Exchange Program” di Jepang (1999); “Workshop on Asean Art” di Singapura
(1999); dan LASALLE College of Art, Singapura (2006 & 2010). Karya Krisna
mulai dikenal ketika menampilkan video performance, instalasi, dan foto dalam
pameran tunggalnya di tahun 1993 yang berjudul “12 Jam dalam Kehidupan
Penari Agung Rai” di Studio R-66, Bandung. Pada tahun 1997, Krisna menga-
dakan pameran tunggal pertamanya di luar negeri, yaitu “Of The Dancer: Her
Neglected Sketches” di Moskow, Rusia. Hingga 2016 Krisna telah mengadakan
lebih dari 35 pameran tunggal baik di Indonesia maupun negara lainnya, seperti
Jepang, Singapura, Kuba, Rusia, Australia, Jerman, dan Belanda.
Krisna menampilkan karya berupa digital printing dan video art dalam
salah satu pameran tunggalnya yang berjudul “Mute! Theater” (2010). Video
yang berjudul “Empty Theater” menjadi bagian penting dalam pameran terse-
but. Video menampilkan sembilan orang dengan pakaian tradisional yang sering
digunakan dalam pertunjukan rakyat. Sembilan orang tersebut lama-kelamaan
menghilang satu-persatu. Hal tersebut dinilai oleh Aminudin TH. Siregar se-
bagai gambaran mengenai hilangnya tradisi. Di tahun 2016, Krisna mengada-
kan pameran tunggal berjudul “Chaotic Jumps” di Bandung. Dalam pameran
tersebut, Krisna menampilkan delapan karya video miliknya. Dalam salah satu
karyanya yang berjudul “Paradise Under Construction”, Krisna bekerjasama
dengan penari Gita Kinanti. Video tersebut berlatar alam terbuka dengan pepo-
honan besar. Kemudian satu per satu tokoh film kartun dan anime Jepang ber-
munculan di sekitar penari di atas bunga-bunga lotus yang melayang. Krisna
menampilkan kekontrasan dari segi warna yang dipilih hingga dunia nyata dan
fiksi yang berpadu dalam keseharian. Pada layar kaca, kenyataan tidak bisa
tampil senyata mungkin. Menurut kurator Heru Hikayat, Krisna dengan sengaja
menonjolkan rekayasa dalam karyanya tersebut. Hal tersebut terjadi karena
Krisna dianggap menggunakan bahasa yang tidak linear dalam melakukan
kritik terhadap bahasa televisi yang linear dan eksplisit.
Dalam karirnya, Krisna Murti telah mengadakan lebih dari 30 pameran
tunggal baik di Indonesia maupun negara lainnya. Beberapa event internasion-
al di mana Krisna telah berpartisipasi termasuk Havana Biennale, Cuba (2000),
Gwangju Biennale, Korea (2000), Unfolding Perspective ARS 01, Helsinki, Fin-
land (2001) and the Venice Biennale, Italy (2005). Ia juga ambil bagian dalam
festival media baru seperti Impakt, Utrecht, Belanda (2000) dan transmediale,
Berlin, Jerman (2005), serta pameran, “Thermocline of Art. New Asian Waves”
27